Seberapa umum striktur ureter terjadi?

Striktur ureter adalah kondisi yang relatif jarang terjadi dibandingkan dengan masalah urologis lainnya seperti batu ginjal atau infeksi saluran kemih. Namun, prevalensinya bisa bervariasi tergantung pada faktor risiko, populasi studi, dan penyebab yang mendasari. Untuk memberikan gambaran lebih mendetail, berikut adalah beberapa informasi tentang seberapa umum striktur ureter terjadi:

Prevalensi Striktur Ureter

  1. Prevalensi Umum:
    • Data pasti mengenai prevalensi striktur ureter sulit untuk ditentukan secara akurat karena keberadaannya yang relatif jarang. Studi epidemiologi yang luas sering kali tidak secara spesifik memisahkan prevalensi striktur ureter dari masalah urologis lainnya. Namun, dalam praktik klinis, kondisi ini dianggap sebagai kejadian yang jarang.
  2. Faktor Penyebab:
    • Trauma dan Prosedur Medis: Cedera fisik pada ureter akibat kecelakaan atau operasi, serta prosedur medis seperti kateterisasi atau pembedahan pada organ sekitarnya, dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut dan akhirnya striktur ureter.
    • Infeksi: Infeksi kronis seperti tuberkulosis atau infeksi saluran kemih yang berulang dapat menyebabkan peradangan yang merusak ureter dan memicu pembentukan striktur.
    • Kelainan Bawaan atau Genetik: Beberapa kondisi genetik atau kelainan bawaan yang mempengaruhi perkembangan ureter atau sistem kemih juga dapat meningkatkan risiko terjadinya striktur.

Faktor Risiko

  1. Usia dan Jenis Kelamin:
    • Striktur ureter lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak, dengan prevalensi yang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Pria memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita, terutama dalam kasus striktur yang terkait dengan infeksi menular seksual atau trauma.
  2. Riwayat Medis dan Kondisi Penyerta:
    • Orang dengan riwayat infeksi saluran kemih yang sering atau pernah menjalani prosedur medis invasif pada saluran kemih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena striktur ureter. Kondisi medis seperti diabetes yang tidak terkontrol atau penyakit autoimun juga dapat meningkatkan risiko komplikasi saluran kemih, termasuk striktur ureter.

Diagnosis dan Pengobatan

  1. Diagnosis:
    • Identifikasi striktur ureter melibatkan serangkaian tes diagnostik seperti ultrasonografi, urogram intravena (IVU), CT scan, atau MRI untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ureter serta mengidentifikasi lokasi dan tingkat penyempitan.
    • Sistoskopi atau ureteroskopi mungkin diperlukan untuk visualisasi langsung dan evaluasi jaringan di dalam ureter.
  2. Pengobatan:
    • Pengelolaan striktur ureter bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Pilihan pengobatan meliputi dilatasi ureter dengan balon atau alat khusus, pemasangan stent ureter untuk menjaga aliran urin, atau bahkan tindakan bedah untuk mengangkat atau merekonstruksi ureter yang terkena.